Senin, 08 Juli 2013

artikel



Disiplin Waktu Agar Hidup Lebih Bermutu

Oleh: Elly Lutfiyah
Kedisiplinan merupakan hal yang sangat penting bagi keberlangsungan hidup manusia, terlebih lagi kehidupan para mahasiswa yang memang diharuskan menerapkan sikap disiplin dalam kesehariannya, karena mahasiswa adalah agen perubahan sosial bagi setiap bangsa. Namun sering kali disiplin waktu dianggap remeh bagi sebagian kalangan, mereka beranggapan bahwa budaya jam karet sudah mendarah daging pada budaya Indonesia. Ini terlihat misalnya banyak dari mahasiswa bahkan dosen yang menganggap terlambat dalam perkuliahan merupakan sesuatu yang lumrah dan dapat dimaklumi. Padahal hal tersebut dapat berpengaruh dalam perubahan kemajuan bangsa dan negara.
Keadaan semacam ini seharusnya mulai dibenahi, agar tidak menyia-nyiakan  waktu yang sangat berharga, karena waktu tidak mungkin terulang lagi. Seperti ungkapan yang sering diibaratkan waktu adalah uang, waktu adalah pedang, mengisyaratkan begitu pentingnya waktu yang kita miliki. Jangan sampai merugi dikemudian hari gara-gara tidak memanfaatkan waktu sebaik-baiknya. Kita harus selalu berusaha menghargai waktu dengan terus belajar disiplin dalam setiap keadaan. Salah satunya bisa dimulai dengan mengevaluasi sejauh mana kedisiplinan memberikan dampak yang sangat positif dan luar biasa dalam keberlangsungan hidup kita.
Disiplin waktu agar hidup lebih bermutu dapat kita pahami bahwa orang sukses berawal dari selalu menanamkan kedisiplinan dalam hidupnya. Ini karena disiplin waktu adalah proses kebiasaan dan keteladanan dari faktor keberhasilan. Sehingga dapat pula diartikan bahwa disiplin waktu adalah kunci dari sebuah kesuksesan.

Minggu, 07 Juli 2013

makalah jurnalistik



BERITA
       I.            PENDAHULUAN
Berita merupakan nyawa dari media massa. Keberadaan media massa, baik pada awal kelahirannya, masa perkembangannya, maupun sampai di era kejayaannya sekarang ini sehingga memasuki era informasi, bukan saja penting tetapi juga sangat menentuan arah peradaban umat manusia. Dengan demikian, berita yang memberi hidup media massa. Tanpa berita, media massa tidak akan bermakna apa pun. Berita (news) merupakan sajian utama sebuah media massa di samping views (opini). Mencari bahan berita lalu menyusunnya merupakan tugas pokok wartawan dan bagian redaksi sebuah penerbitan pers (media massa.)
Tidak diragukan lagi bahwa informasi berita sangat dibutuhkan untuk berbagai kepentingan hidup manusia, karena itu peranannya sangat luar biasa. Kita semua banyak sekali menerima informasi setiap hari, namun, apakah semua informasi tersebut adalah berita yang dapat disiarkan di media massa. Dalam hal ini berita adalah informasi tetapi tidak semua informasi adalah berita. Untuk mengetahui lebih jelasnya mengenai seluk beluk sebuah informasi bisa dikategorikan sebuah berita, maka pada makalah ini akan di paparkan mengenai apakah pengertian dari berita itu sendiri dan bagaimana bentuk, macam, sumber serta teknik menulis sebuah berita tersebut.

    II.            RUMUSAN MASALAH
A.    Apakah Pengertian Berita?
B.     Apa Saja Bentuk-Bentuk Berita?
C.     Bagaimana Macam Berita dan Sumbernya?
D.    Bagaimana Teknik Menulis Berita?

 III.            PEMBAHASAN
A.       Pengertian Berita
Sebelum pembahasan tentang bagaimana suatu proses pengolahan hingga penulisan berita dapat dilakukan, maka langkah pertama yang perlu dilakukan adalah menyamakan pendapat tentang pengertian berita itu sendiri. Hal tersebut sangat penting agar pembahasan tentang objek dapat dikatagorikan berbobot berita, tidak lagi menjadi masalah yang diperdebatkan. Berikut adalah beberapa pengertian tentang berita dari berbagai sumber yang kiranya dapat dijadikan sebagai acuan.
Kamus hanya mengartikan “news” sebagai a report of, or information abaout recent events (suatu laporan tentang, atau informasi mengenai peristiwa baru). Ada unsur laporan, informasi (pemberitahuan) dan baru.
Untuk lebih memahami isi kamus tersebut, agaknya definisi yang dikemukakan oleh beberapa orang dibawah ini bisa membawa pengertian yang lebih utuh. William S. Maulsby yang mengatakan: “Berita bisa didefinisikan sebagai suatu penuturan secara benar dan tidak memihak dari fakta-fakta yang mempunyai arti yang penting dan baru terjadi, yang dapat menarik perhatian para pembaca berita di surat kabar tersebut.”
Eric C. Hepwood yang memberikan batasan: “Berita adalah laporan pertama dari kejadian yang penting sehingga dapat menarik perhatian umum.”[1]
Dean M. L Lyle Spencer dalam bukunya yang berjudul News Writings menyatakan bahwa: “Berita dapat didefinisikann sebagai setiap fakta yang akurat atau suatu ide yang dapat menarik perhatian bagi sejumlah pembaca.”
Sedangkan Mitchel V. Charnley dalam bukunya Reporting edisi III menyebutkan: “Berita adalah laporan yang tepat waktu mengenai fakta atau opini yang memiliki daya tarik atau hal penting atau kedua-duanya bagi masyarakat luas.”
Masih banyak para ahli di bidang jurnalistik lain yang memberikan pengertian tentang berita, namun hampir semuanya sependapat bahwa unsur-unsur yang terkandung di dalam suatu berita meliputi cakupan dari pendapat-pendapat tersebut seperti: fakta, akurat, ide, tepat waktu, menarik, penting, opini dan sejumlah pembaca, pendengar maupun penonton merupakan hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa “Berita adalah suatu fakta atau ide atau opini aktual yang menarik pembaca, pendengar maupun penonton.”[2]
Untuk memahami berita, poin-poin berikut ini penting untuk diketahui:
1.         Berita harus faktual, tetapi tidak semua fakta adalah berita.
2.         Berita mungkin berupa opini, khususnya dari tokoh atau otoritas di bidang tertentu.
3.         Berita utama adalah tentang orang, tentang apa yang mereka katakan dan lakukan.
4.         Berita tidak selalu berupa laporan kejadian terkini.
5.         Apa-apa yang merupakan berita penting bagi satu komunitas atau universitas mungkin tidak penting atau kurang penting atau bahkan tidak punya nilai berita bagi komunitas atau bagi universitas lain.
6.         Apa-apa yang menjadi berita di satu komunitas atau universitas mungkin juga merupakan berita bagi setiap komunitas atau universitas lainnya.
7.         Apa-apa yang hari ini menjadi berita sering kali sudah bukan berita lagi keesokan harinya.
8.         Apa yang dianggap berita oleh seseorang belum tentu dianggap berita pula oleh orang lain.
9.         Dua faktor yang penting bagi berita, daya tarik dan arti penting, tidak selalu sinonim.[3]

B.       Bentuk-Bentuk Berita
Berita di media cetak dan media elektronik bentuknya berbeda, meskipun pada dasarnya sama, seperti menggunakan ketentuan 5W + H.
1.      Berita media cetak
Berita di media massa cetak ialah berita yang terdapat di dalam surat kabar, majalah, tabloid, bulletin. Berita-berita tersebut berbentuk tulisan dan gambar tak bergerak (foto).
a.       Berita surat kabar
Beberapa bentuk umum berita media cetak, terutama surat kabar, menurut Assegaf (1983) dan Supriyanto (1986) adalah sebagai berikut:
1)      Spot News (berita singkat)
Spot News merupakan berita yang  ditulis secara singkat karena tidak besar daya tarik berita atau tidak besar dampak berita itu bagi masyarakat. Misalnya seputar daerah, criminal singkat, cuplikan olehraga, dan lain-lain

2)      Straight news (berita langsung)
Straight news merupakan berita yang cukup penting, biasanya berasal dari kejadian dan atau pernyataan (komentar) dari satu, dua narasumber atau lebih. Di dalam straight news dikenal bentuk piramida terbalik. Dalam kaitannya dengan piramida terbalik, berita tersebut dapat dipilah-pilah menjadi berita: sangat penting, penting, agak penting, dan tidak penting.
3)      Spot press (berita mendadak)
Spot press merupakan berita yang diperoleh mendadak, namun penting sehingga diberitakan secara khusus. Penulisannya pendek saja dan pada pemberitaan (penerbitan) berikutnya diungkap lebih lengkap. Biasanya berita ini diperoleh menjelang batas waktu pencetakan (media cetak) atau peneyangan (media elektronik)
4)      Stopper (berita penutup)
Stopper merupakan berita yang hanya ditulis pendek karena dari data yang diperoleh memang sudah tidak mungkin dikembangkan lagi dan biasanya digunakan sebagai penutup halaman (media cetak) atau menghabiskan waktu siaran (media elektronik)
5)      Depth news (berita mendalam)
Selain in depth reporting atau depth news, berita bentuk ini juga ada yang menyebutnya berita komprehensif (comprehensive news). Hal ini merupakan berita yang ditulis lengkap dan mendalam (biasanya digali secara tim). Berita digali dari kasus tertentu kea rah latar belakang penyebab kasus tersebut (investigative) dan kearah akibat (depan) dan kasus tersebut (interpretative). Penulisan berita seperti ini dilakukan karena pentingnya berita tersebut diungkap dan berdampak besar bagi kehidupan masyarakat.
6)      Analysis news (berita analisis)
Analysis news merupakan berita yang penulisannya dilengkapi dengan analisis dari redaksi redaksi tersebut atau orang luar redaksi (pakar media tersebut). Biasanya berita ini menarik, meskipun terkadan tidak terkait dengan kepentingan hajat orang banyak.

7)      Feature (berita kisah)
Sebenarnya belum ada definisi yang pasti dari berita kisah (feature) ini. William R. Rivvers menyebutkan, kisah atau fakta “telanjang” disebut berita; tajuk rencana, kolom dan tinjauan disebut artikel.
b.      Berita Tabloid dan Majalah
Tabloid dan Majalah jarang menulis spot news atau straight news, tetapi lebih sering depth news, feature, dan analysis news. Bahkan tidak jarang merupakan gabungan antara berita mendalam (depth news) yang ditulis bergaya feature atau analysis news yang ditulis bergaya feature.

2.      Berita media elektronik
a.       Berita Radio
Penayangan berita dimedia radio, dikemukakan Romli (2004) agak berbeda dengan media cetak karena media radio dapat melakukan siaran langsung (live) dari lokasi kejadian atau bisa pula dengan membaca berita di studio. Beberapa bentuk media elektronik meliputi berikut:
1)         Laporan langsung dari lokasi kejadian
2)         Sound bite (potongan suara) merupakan potongan wawancara yang disiarkan dalam program berita.
3)         Baca naskah merupakan naskah yang ditulis terlebih dahulu (seperti di media cetak), kemudian dibacakan penyaji berita.[4]
Kekuatan radio terletak pada suara yang di dengar oleh khalayak. Channel (saluran) dalam proses komunikasi melalui radio adalah suara dan pendengaran publik. Oleh karena itu berita di radio, sebagaimana program siaran radio, harus memperhatikan apa yang disebut sebagai “kualitas suara” agar tidak menjadi hambatan komunikasi yang menimbulkan salah pengertian. Hal ini berhubungan erat denmgan identitas radio sebagai media auditif.
Berpijak pada karakteristik tersebut, selain persyaratan umum atas sebuah berita, berita di radio secara mendasar memiliki persyaratan khusus yaitu:
a)      Tidak salah dalam hal substansi (isi). Oleh karena itu, sebelum diberitakan, baik redaktur maupun penyiar berota harus melakukan check recheck beberapa kali karena berita radio tidak mengenal “ralat” seperti di media massa cetak. Misalnya sang penyiar mengucapkan kalimatL: “Maaf, dalam berita yang kemarin kami siarkan pada pukul dua belas itu terdapat kesalahan ucap, seharusnya nama pembunuhnya bukan Nuubis melainkan Lubis”.
b)      Kejelasan sumber berita. Jika dalam surat kabar diperbolehkan menyebut “menurut sumber yang layak dipercaya’ atau “menurut orang dekatnya”, maka hal itu dilarang keras dalam berita radio. Siapa “sumber yang layak dipercaya” itu, siapa “orang dekatnya” itu harus disebut nama mereka dengan jelas. Jika tidak berani menyebut maka tidak usah dijadikan sumber berita.
c)      Menjunjung kesusilaan. Meskipun tetap berdasarkan fakta, namun harus disampaikan dengan ungkapan yang menjunjung kesusilaan. Misalnya ada fakta bahwa seorang presiden memaki para demonstran dengan ucapan: “Kalian ini bajingan tengik, tidak tahu aturan, dibayar orang yang tidak menyukai saya”. Fakta ini sebaiknya dikemas dengan kalimat, misalnya “Presiden sempat memarahi para demonstran”.[5]

b.      Berita Televisi
Sebagai media elektronik, penayangan berita di televisi mirip dengan radio, tetapi tetap ada perbedaan. Perbedaan tersebut terletak pada penayangan gambar yang tidak bisa dilakukan radio. Penayangan televisi terdiri atas berikut:
1)      Laporan langsung
Reporter melakukan laporan atau penayangan secara langsung dari lokasi kejadian.
2)      Insert (sisipan), sama seperti sound bite pada radio, dengan menampilkan wawancara pada program siaran berita. Bedanya, bila pada radio yang ditampilkan hanya potongan suara, bagi televise tentu juga gambar orang yang diwawancarai.
3)      Naskah bacaan
Merupakan naskah yang ditulis terlebih dahulu (seperti di media cetak), kemudian dibacakan penyaji berita. Namun biasanya, penyaji berita hanya membaca berita (lead atau intro berita), sedangkan isi beritanya merupakan suara reporter yang dilengkpi gambar tayangan tentang berita tersebut.[6]
Selain syarat-syarat pada umumnya yaitu bersifat audio dan visual, berita-berita di televisi minimal mempunyai syarat-syarat sebagai berikut:
a)      Kaya akan gambar bergerak. Audience (khalayak) TV adalah mereka yang membutuhkan gambar sebagai suatu relity. Mungkin mereka sudah membaca Koran atau mendengar siaran berita radio, namun mereka akan merasa puas bila suatu berita diperkaya ndengan gambar-gambar bergerak.
b)      Lebih singkat dan to the point. Hal ini disebabkan oleh durasi (jam siaran) yang terbatas. Pilihan kata dan kalimat harus hemat, tidak bertele-tele. Bahsa yang digunakan memang bahasa baku namun tidak kaku dan tidak memasukkan istilah-istilah yang masih asing di telinga masyarakat luas.
c)      Efektif. Artinya, pesan atau isi berita harus bisa dimengerti oleh khalayak. Selain penggunaan bahasa yang dipahami masyarakat luas, juga pemilihan atas berita yang disampaikan, prinsip kedekatan tempat dan kepentingan khalayak tentu merupakan pertimbangan utama sehingga menimbulkan minat bagi khalayak untuk mengikuti suatu siiaran berita TV.[7]

3.      Berita media online
Penulisan dan penayangan berita online hampir sama dengan penulisan dalam media cetak, khususnya surat kabar. Namun, perbedaannya dalam pola pemuatannya, di mana medianya adalah di internet. Umumnya, ketika berita online dibuka, awalnya hanya muncul judul dan lead atau intro berita. Bila ingin mengetahui lebih jauh, pembaca atau pemirsa internet harus membuka (meng-klik) halaman atau link lanjutannya.[8]

C.       Macam Berita dan Sumbernya
1.      Macam Berita
Berita pada umumnya dapat dikategorikan menjadi tiga bagian yaitu hard news (berita berat), soft news (berita ringan) dan investigative Reports (laporan penyelidikan).
a.      Hard News
Hard News (berita berat) adalah berita tentang peristiwa yang dianggap penting bagi masyarakat baik sebagai individu, kelompok maupun organisasi. Berita tersebut misalnya tentang diberlakukannya suatu kebijakan baru pemerintah. Ini tentu saja akan menyangkut hajat orang banyak sehingga orang ingin mengetahuinya. Karena itu harus segera diberitakan.
Secara umum pada hard news data masih mudah untuk diperoleh, Karena semunya masih bisa transparan walaupun dalam beberapa kasus juga dialami oleh para reporter untuk menggali data yang sebenarnya. Hal semacam itu terjadi biasanya pad saat adanya bencana kebocoran gas beracun yang menimbulkan kematian banyak orang.
b.      Soft News
Soft News (berita ringan) seringkali disebut juga dengan feature yaitu berita yang tidak terikat dengan aktualitas namun memiliki daya tarik bagi pemirsanya. Berita-berita semacam ini lebih menitikberatkan yang menakjubkan atau mengherankan pemirsa. Ia juga menimbulkan kekhawatiran bahkan ketakutan atau mungkin menimbulkan simpati. Objeknya bisa manusia, hewan, benda, tempat atau apa saja yang menarik perhatian pemirsa.
Bagi televisi, barita ringan ini sangat diperlukan dalam setiap penyajian bulletin berita. Hal ini karena berita ringan juga dapat berfungsi sebagai selingan diantara berita-berita berat yang disiarkan pada awal sajian. Secara psikologis, pemirsa yang mendapatkan sajian berita berat dari awal hingga akhir akan merasa tegang karena itu perlu interval.
c.       Investigative Reports
Investigative Reports atau disebut juga laporan penyelidikan (investigasi) adalah jenis berita yang eksklusif. Datanya tidak bisa diperoleh di permukaan, tetapi harus dilakukan berdasarkan penyelidikan. Sehingga penyajian berita seperti ini membutuhkan waktu yang lama dan tentu akan menghabiskan energi reporternya.
Berita penyelidikan ini sangat menarik karena cara mengungkapkannya pun tidak mudah. Seorang reporter untuk dapat melakukan tugas harus memiliki banyak sumber orang-orang dalam yang mendapat jaminan untuk tidak terekspos karena keselamatan diri mereka.[9]

2.      Sumber Berita
Sumber-sumber berita ialah sesuatu yang melahirkan berita. Sesuatu itu bisa merupakan manusia, tempat dan bisa pula alam dan peristiwa. Para pemburu berita yang dikenal sebagai wartawan itu slalu mewaspadai sumber-sumber berita tersebut dalam arti menanti kelahiran berita dari sumber-sumbernya.
a.       Manusia sebagai sumber berita
Tidak semua manusia merupakan sumber berita. Sungguh sulit dibayangkan jika setiap manusia menjadi sumber berita, sebab tidak mungkin para wartawan mewaspadai setiap manusia. Oleh karena itu dalam konteks sumber berita, para wartawan menggolongkan manusia sebagai berikut:
1)      Pemimpin dunia (para kepala Negara/pemerintahan dari Negara-negara besar atau tokoh-tokoh kharismatik dari Negara-negara berpengaruh). Contoh: Presiden AS George W. Bush dan Menteri Senior Singapura Lee Kuan Yew. Segala kegiatan dan peryataan mereka bisa menjadi berita.
2)      Kepala Negara/pemerintahan dan tokoh-tokoh yang “berseberangan” dengan para pemimpin dunia tersebut di atas. Contoh: Presiden Lybia Moammar Khadafi, Presiden Irak Saddam Hussein (sebelum diserbu AS), Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohammad, Pemimpin Al-Qadiah Usamah bin Ladin.
3)      Tokoh-tokoh popular yang mengabdikan diri demi bangsa ataupun kemanusiaan. Contoh: Presiden Palestina Yasser Arafat dan mendiang Bunda Theresa.
4)      Pemimpin-pemimpin perlawanan atas suatu rezim atau pemerintah. Contoh: Aung San Suu Kyi di Myanmar, Nur Misuari di Filipina dan Tenku Abdullah Syafei (alm) di Aceh.
5)      Perorangan yang tindakannya menggemparkan dunia ataupun masyarakat setempat. Contoh: para penemu ilmu pengetahuan aau penemu benda-benda bersejarah, para pembunuh, koruptor dan sebagainya.
6)      Pemimpin-pemimpin organisasi politik, keagamaan dan kemasyarakatan.
7)      Para pelaku sejarah yang masih hidup.
8)      Para saksi mata suatu peristiwa yang menjadi berita.
9)      Korban-korban suatu peristiwa.
10)  Para selebriti internasional, regional, lokal.
11)  Lain-lain.

b.      Tempat sebagai sumber berita
Tempat dalam pengertian ini adalah tempat terjadinya peristiwa yang menjadi berita dan tempat yang berpeluang besar bagi lahirnya berita. Dalam pengertian pertama tempat tersebut bisa berada dimana-mana, bahkan di tempat terpencil yang tak pernah dikena oleh masyarakat. Misal suatu desa terpencil tiba-tiba menjadi penuh sesak oleh wartawan dan menjadi bahan penulisan para wartawan dalam bentuk “profil desa” Karena desa itu dijadikan tempat persembunyian pelaku tindak kejahatan besar.
Tempat dalam pengertian kedua yaitu tempat yang berpeluang  besar bagi lahirnya berita, sudah menjadi daftar dalam catatan para wartawan. Tempat-tempat ini menjadi pusat kegiatan manusia sebagai sumber berita, misalnya istana presiden, balai kota, tempat rekreasi dan sebagainya.

c.       Alam dan peristiwa sebagai sumber berita
Sebenarnya alam termasuk tempat. Namun ada alam yang tidak berbentuk tempat, misalnya planet yang tidak dihuni manusia, kutub utara dan kutub selatan, kedalaman laut dan puncak gunung tertinggi. Kondisi cuaca, gempa bumi dan badai juga menjadi bagian dari alam yang menjadi sumber berita.
Pada umumnya para wartawan tidak memiliki kemampuan untuk langsung meliput alam tersebut. Oleh karena itu mereka menggunakan bantuan pihak lain, misalnya para pakar atau lembaga-lembaga yang memiliki pengetahuan dan peralatan canggih untuk meliput perkembangan alam sebagai sumber berita.[10]

D.       Teknik Menulis Berita
Mencari berita (news hunting, news getting, atau news gathering) disebut juga meliput bahan berita adalah salah satu tahap proses penyusunan naskah berita (news processing), selain proses perencanaan berita (news processing) proses penulisan naskah (news writing), dan proses penyuntingan naskah (news editing). Tepatnya, meliput berita dilakukan setelah melewati proses perencanaan dalam rapat redaksi itu diputuskan untuk memuat profil seorang artis. Maka segera setelah itu dilakukan wawancara dengan artis tersebut. Wawancara itulah yang dinamakan news hunting.
Ada tiga teknik peliputan berita, yakni reportase, wawancara, riset kepustakaan (studi literature).
1.      Reportase
Reportase adalah kegiatan jurnalistik berupa meliput langsung ke lapangan, ke “TKP” (tempat kejadian perkara). Wartawan mendatangi langsung tempat kejadian/peristiwa, lalu mengumpulkan fakta dan data seputar peristiwa tersebut. Fakta dan data yang dikumpulkan harus memenuhi unsure-unsur 5W+1H –What (peristiwa apa), Who (siapa yang terlibat dalam peristiwa itu), Where (dimana kejadiannya), When (kapan kejadiannya), Why (mengapa peristiwa itu terjadi), dan How (bagaimana proses kejadiannya).
Peristiwa yang diliput harus bernilai jurnalistik atau bernilai berita (news values), yakni aktual, faktual, penting  dan menarik.
2.      Wawancara
Semua jenis peliputan berita memerlukan proses wawancara (interview) dengan sumber berita atau narasumber (interviewee). Wawancara bertujuan menggali informasi, komentar, opini, fakta, atau data tentang suatu masalah atau peristiwa dengan mengajukan pertanyaan kepada narasumber.
3.      Riset Kepustakaan
Riset kepustakaan (studi literatur) adalah teknik peliputan atau pengumpulan data dengan mencari klipping Koran, makalah-makalah atau artikel Koran, menyimak brosur-brosur, membaca buku atau menggunakan fasilitas search engine di internet.[11]
Agar berita yang ditulis itu memadai untuk dibaca oleh para pembaca, diperlukan sedikit teknik penulisan berita. Berikut ini adalah beberapa teknik penulisan berita yang dapat menjadi panduan dasar bagi para jurnalis:
a.         Judul berita dibuat seringkas mungkin dengan kalimat pendek dan jelas, namun tetap dapat menggambarkan inti berita secara keseluruhan. Judul yang dibuat menarik tentu akan lebih membuat pembaca tertarik pada isi berita itu.
b.        Jangan lupakan unsur 5W + 1H (Apa/What, dimana/Where, Kapan/When, Mengapa/Why, Siapa/Who dan Bagaimana/How). Kumpulkan bahan berita selengkap mungkin dari nara sumber yang valid. Dalam menulis berita, bahan dan nara sumber menjadi hal yang sangat penting untuk dicantumkan, sehingga tulisan itu dianggap akurat, faktual, dan bertanggung jawab.
c.         Susunlah berita sehingga dapat disajikan dengan informasi yang akurat, jelas dan menarik. Bahasa jurnalistik bukan sekedar menyampaikan informasi dengan benar dan jelas, seperti layaknya sebuah karya tulis, tesis, atau sejenisnya. Bahasa yang dipakai dalam jurnalistik mestilah dapat menarik bagi pembaca. Susunan berita yang disajikan secara kronologis dapat membuat pembaca mengikuti seolah-olah berita itu suatu cerita, dibandingkan berita yang disajikan dengan susunan yang melompat-lompat, atau tidak selesai.
d.        Bahasa menjadi elemen yang penting dalam berita. Gunakanlah bahasa yang mudah dimengerti oleh pembaca dari beragam kalangan. Jika narasumber memberikan keterangan dengan kalimat atau istilah asing yang kurang dimengerti, seorang reporter yang baik akan menerjemahkannya menjadi kalimat yang mudah dimengerti oleh pembaca. Prinsipnya sederhana, makin sederhana makin baik, tanpa mengorbankan nilai berita.
e.         Menulis berita, berarti menyajikan informasi secara akurat sesuai dengan fakta. Berita, bukanlah opini atau pandangan subyektif, melainkan urutan dari fakta-fakta. Sekalipun begitu, opini atau pandangan subyektif satu pihak, dapat diangkat menjadi judul sebuah berita. Penulisan berita yang disukai adalah penulisan yang bukan "menggurui" namun "memperlihatkan/menyajikan". Dalam bahasa Inggris prinsip ini disebut "Don't tell, but show".
Panduan atau teknik ini bukanlah merupakan aturan yang mutlak, namun patut dicoba dan dilatih sehingga dapat meningkatkan keterampilan menulis dan berbahasa bagi para jurnalis.[12]

 IV.            ANALISIS
Berita adalah suatu fakta atau ide atau opini aktual yang menarik pembaca, pendengar maupun penonton. Berita merupakan informasi yang sangat penting bagi kehidupan kita. Berita harus disampaikan secara aktual, akurat dan dapat dipercaya.  Suatu peristiwa ataupun pernyataan tidak mungkin menjadi berita jika tidak memiliki nilai berita berupa: informasi, klarifikasi, memperluas wawasan, melahirkan konflik, meredam konflik, menyebarkan keadilan dan kebenaran, dan menyelesaikan masalah. Dewasa ini banyak media massa yang menyiarkan berita tentang segala sesuatu, di televisi misalnya hampir semua stasiun televisi menyajikan berita. Seperti liputan 6, breaking news, headline news, buletin dan lain-lain. Dengan terbuka luasnya kebebasan pers di Indonesia, masyarakat dapat mengetahui ketimpangan apa saja yang sedang terjadi di bumi pertiwi ini. Media massa juga diberi kebebasan meliput rapat kerja dewan permusyawaratan daerah, dewan perwakilan daerah dan hal-hal yang bersangkutan dengan Negara. Pers juga meliput pasang surutnya ekonomi yang sedang terjadi di Indonesia sehingga mempermudahkan bagi para pengusaha dalam mengamati perubahan ekonomi.

    V.            KESIMPULAN
Para ahli di bidang jurnalistik memberikan pengertian tentang berita, namun hampir semuanya sependapat bahwa unsur-unsur yang terkandung di dalam suatu berita meliputi: fakta, akurat, ide, tepat waktu, menarik, penting, opini dan sejumlah pembaca, pendengar maupun penonton merupakan hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian. Dari pendapat para ahli jurnalistik, dapat disimpulkan bahwa “Berita adalah suatu fakta atau ide atau opini aktual yang menarik pembaca, pendengar maupun penonton.
Bentuk-bentuk berita meliputi berita dari media cetak, berita media elektronik, dan media online. Berita media cetar terdiri dari surat kabar, tabloid dan majalah. Berita media elektronik terdiri dari radia dan televisi.
Pada umumnya berita dapat dikategorikan menjadi tiga bagian yaitu hard news (berita berat), soft news (berita ringan) dan investigative Reports (laporan penyelidikan). Sedangkan berita dapat diperoleh dari beberapa sumber, yaitu berita bersumber dari manusia, tempat, alam dan peristiwa.
Dalam peliputannya, berita mempunyai tiga teknik peliputan berita, yakni reportase, wawancara, riset kepustakaan (studi literature). Beberapa teknik penulisan berita yang dapat menjadi panduan dasar bagi para jurnalis adalah:
1.         Judul berita dibuat seringkas mungkin dengan kalimat pendek dan jelas, namun tetap dapat menggambarkan inti berita secara keseluruhan.
2.         Terdapat unsur 5W+1H
3.         Susunlah berita sehingga dapat disajikan dengan informasi yang akurat, jelas dan menarik.
4.         Gunakanlah bahasa yang mudah dimengerti oleh pembaca dari beragam kalangan.
5.         Tidak "menggurui" namun "memperlihatkan/menyajikan".




 VI.            PENUTUP
Demikan makalah yang dapat kami susun sekaligus kami presentasikan di hadapan para auidience. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, karena memang pada hakekatnya, kesempurnaan hanyalah milik Allah Azza wa Jalla. Untuk itu, kami harapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca, supaya pada penyusunan makalah di quarter berikutnya bisa lebih baik. Semoga makalah ini bermanfaat bagi berbagai pihak. Amin.
















DAFTAR PUSTAKA

Mondry, Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik, Bogor: Ghalia Indonesia, 2008
Muda, Deddy Iskandar, Jurnalistik Televisi: Menjadi Reporter Profesional, Bandung: PT Remaja Ruda Karya Offset, 2008
Pareno, Sam Abede, Manajemen Berita antara Idealisme dan Realita. Surabaya: Papyrus, 2003
Rolnicki, Tom E., Pengantar Dasar Jurnalisme (Scholastic Journalism), Jakarata: Kencana Prenada Media Group, 2008
Romli, Asep Syamsul M., Jurnalistik Praktis untuk Pemula, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009
http//serial-jurnalistik/209-serial-jurnalistik-teknik-penulisan-berita.html, 18 maret 2013 jam 10.52


















[1] Sam Abede Pareno, Manajemen Berita antara Idealisme dan Realita. (Surabaya: Papyrus, 2003), hlm. 6
[2] Deddy Iskandar Muda, Jurnalistik Televisi: Menjadi Reporter Profesional, (Bandung: PT Remaja Ruda Karya Offset, 2008), cet. III, hlm. 21-22
[3] Tom E. Rolnicki, Pengantar Dasar Jurnalisme (Scholastic Journalism), (Jakarata: Kencana Prenada Media Group, 2008), hlm. 1-2
[4] Mondry, Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2008), hlm.144-145
[5] Sam Abede Pareno, Manajemen Berita antara Idealisme dan Realita,hlm. 40-42
[6] Mondry, Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2008), hlm.145-146
[7] Sam Abede Pareno, Manajemen Berita antara Idealisme dan Realita,hlm. 42-43
[8] Mondry, Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik, hlm. 146
[9] Deddy Iskandar Muda, Jurnalistik Televisi: Menjadi Reporter Profesional, hlm. 40-42
[10] Sam Abede Pareno, Manajemen Berita Antara Idealisme dan Realita, hlm. 31-34
[11] Asep Syamsul M. Romli, Jurnalistik Praktis untuk Pemula, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 7-10
[12] http//serial-jurnalistik/209-serial-jurnalistik-teknik-penulisan-berita.html, 18 maret 2013 jam 10.52